Daftar
Isi
Halaman Judul ............................................................................ 0
Daftar Isi ............................................................................ 1
Faktor-Faktor
yang Mempengaruhi Belajar dan Pembelajaran ............... 2
a. Faktor
internal ................................................................ 2
1) Faktor
fisiologis .................................................... 2
2) Faktorr
psikologis .................................................... 3
b. Faktor
eksogen/eksternal .................................................... 10
1) Lingkungan
sosial .................................................... 10
2) Lingkungan
nonsosial .................................................... 11
3) Faktor
pendekatan belajar ................................................... 11
Daftar Pustaka ........................................................................... 14
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Belajar dan Pembelajaran
Secara umum faktor-faktor yang memengaruhi hasil belajar
dibedakan atas dua kategori, yaitu faktor internal dan faktor eksternal
Kedua faktor tersebut saling memengaruhi dalam proses belajar individu
sehingga menentukan kualitas hasil belajar.
a.
Faktor internal
Faktor internal adalah faktor-faktor yang berasal dari dalam diri individu dan dapat memengaruhi hasil belajar individu. Faktor-faktor internal ini meliputi faktor fisiologis dan psikologis.
Faktor internal adalah faktor-faktor yang berasal dari dalam diri individu dan dapat memengaruhi hasil belajar individu. Faktor-faktor internal ini meliputi faktor fisiologis dan psikologis.
1) Faktor
fisiologis
Faktor-faktor
fisiologis adalah faktor-faktor yang berhubungan dengan kondisi fisik individu.
Faktor-faktor ini dibedakan menjadi dua macam. Pertama, keadaan tonus jasmani.
Keadaan tonus jasmani pada umumnya sangat memengaruhi aktivitas belajar
seseorang. Kondisi fisik yang sehat dan bugar akan memberikan pengaruh positif
terhadap kegiatan belajar individu. Sebalikrtya, kondisi fisik yang lemah atau
sakit akan menghambat tercapainya hasil belajar yang maksimal. Oleh karena
keadaan tonus jasmani sangat memengaruhi proses belajar, maka perlu ada usaha untuk
menjaga kesehatan jasmani.
Cara untuk
menjaga kesehatan Jasmani antara lain adalah:
o menjaga pola
makan yang sehat dengan memerhatikan nutrisi yang masuk ke dalam tubuh, karena
kekurangan gizi atau nutrisi akan mengakibatkan tubuh cepat lelah, lesu, dan
mengantuk, sehingga tidak ada gairah untuk belajar;
o rajin
berolahraga agar tubuh selalu bugat dan sehat;
o istirahat
yang cukup dan sehat.
Kedua,
keadaan fungsi jasmani/fisiologis. Selama proses belajar berlangsung, peran
fungsi fisiologi pada tubuh manusia sangat memengaruhi hasil belajar, terutama
pancaindra. Pancaindra yang berfungsi dengan baik akan mempermudah aktivitas
belajar dengan baik pula. Dalam proses belajar, pancaindra merupakan pintu
masuk bagi segala informasi yang diterima dan ditangkap oleh manusia, sehingga
manusia dapat mengenal dunia luar. Pancaindra yang memiliki peran besar dalam
aktivitas belajar adalah mata dan telinga. Oleh karena itu, baik guru maupun
siswa perlu menjaga pancaindra dengan baik, baik secara preventif maupun yang,bersifat
kuratif, dengan menyediakan sarana belajar yang memenuhi persyaratan, memeriksakan
kesehatan fungsi mata dan telinga secara periodik, mengonsumsi makanan yang
bergizi, dan lain sebagainya.
2) Faktor
psikologis
Faktor-faktor psikologis adalah keadaan psikologis seseorang yang dapat memengaruhi proses belajar. Beberapa faktor psikologis yang utama memengaruhi proses belajar adalah kecerdasan siswa, motivasi, minat, sikap, dan bakat.
Faktor-faktor psikologis adalah keadaan psikologis seseorang yang dapat memengaruhi proses belajar. Beberapa faktor psikologis yang utama memengaruhi proses belajar adalah kecerdasan siswa, motivasi, minat, sikap, dan bakat.
Ø Kecerdasan/inteligensi
siswa
Pada umumnya
kecerdasan diartikan sebagai kemampuan psiko-fisik dalam mereaksi rangsangan
atau menyesuaikan diri dengan lingkungan melalui cara yang tepat. Dengan
demikian, kecerdasan bukan hanya berkaitan dengan kualitas otak saja, tetapi
juga organ-organ tubuh yang lain. Namun bila dikaitkan dengan kecerdasan,
tentunya otak merupakan organ yang penting dibandingkan organ yang lain, karena
fungsi otak itu sendiri sebagai pengendali tertinggi (executive control) dari
hampir seluruh aktivitas manusia.
Kecerdasan
merupakan faktor psikologis yang paling penting dalam proses belajar siswa,
karena itu menenentukan kualitas belajar siswa. Semakin tinggi tingkat inteligensi
seorang individu, semakin besar peluang individu tersebut meraih sukses dalam
belajar. Sebaliknya, semakin rendah tingkat inteligensi individu, semakin sulit
individu itu mencapai kesuksesan belajar. Oleh karena itu, perlu bimbingan
belajar dari orang lain, seperti guru, orangtua, dan lain sebagainya. Sebagai
faktor psikologis yang penting dalam mencapai kesuksesan belajar, maka
pengetahuan dan pemahaman tentang kecerdasan perlu dimiliki oleh setiap calon
guru atau guru profesional, sehingga mereka dapat memahami tingkat kecerdasan
siswanya.
Para ahli
membagi tingkatan IQ bermacam-macam, salah satunya adalah penggolongan tingkat
IQ berdasarkan tes Stanford-Biner yang telah direvisi oleh Terman dan Merill
sebagai berikut (Fudyartanto 2002).
Distribusi
Kecerdasan IQ menurut Stanford Revision
Tingkat kecerdasan (IQ)
|
Klasifikasi
|
140 – 169
|
Amat
superior
|
120 – 139
|
Superior
|
110 – 119
|
Rata-rata
tinggi
|
90 – 109
|
Rata-rata
|
80 – 89
|
Rata-rata
rendah
|
70 – 79
|
Batas lemah
mental
|
20 — 69
|
Lemah
mental
|
Dari table
tersebut, dapat diketahui ada 7 penggolongan tingkat kecerdasan manusia, yaitu:
a)
Kelompok kecerdasan amat superior (very superior), IQ
140 - IQ 169;
b)
Kelompok
kecerdasan superior, IQ 120 - Q 139;
c)
Kelompok rata-rata
tinggi (high average), IQ 110 -IQ 119;
d)
Kelompok
rata-rata (average), IQ 90 - IQ 109;
e)
Kelompok rata-rata rendah (low average) IQ 80 - IQ 89;
f)
Kelompok batas lemah mental (borderline defective), IQ
70 - IQ 79;
g)
Kelompok
kecerdasan lemah mental (mentally defective), IQ 20 - IQ 69, yang termasuk
dalam kecerdasan tingkat ini antara lain debil, imbisil, idiot.
Pemahaman
tentang tingkat kecerdasan individu dapat diperoleh oleh orangtua dan guru atau
pihak-pihak yang berkepentingan melalui konsultasi dengan psikolog atau
psikiater. Sehingga dapat diketahui anak didik berada pada tingkat kecerdasan
yang mana, amat superior, superior, ratarata, atau mungkin lemah mental.
Informasi tentang taraf kecerdasan seseorang merupakan hal yang sangat berharga
untuk memprediksi kemampuan belajar seseorang. Pemahaman terhadap tingkat
kecerdasan peserta didik akan membantu mengarahkan dan merencanakan bantuan
yang akan diberikan kepada siswa.
Ø Motivasi
Motivasi adalah salah satu faktor yang memengaruhi
keefektifan kegiatan belajar siswa. Motivasilah yang mendorong siswa inginn
melakukan kegiatan belajar. Para ahli psikologi mendefinisikan motivasi sebagai
proses di dalam diri individu yang aktif, mendorong, memberikan arah, dan
menjaga perilaku setiap saat (Slavin, 1994). Motivasi juga diartikan sebagai
pengaruh kebutuhan-kebutuhan dan keinginan terhadap intensitas dan arah
perilaku seseorang. Dari sudut sumbernya, motivasi dibagi menjadi dua, yairu
motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik. Motivasi intrinsik adalah semua
faktor yang berasal dari dalam diri individu dan memberikan dorongan untuk
melakukan sesuatu. Seperti seorang siswa yang gemar membaca, maka ia tidak
perlu disuruh-suruh untuk membaca, karena membaca tidak hanya menjadi
aktivitas kesenangannya, tapi bisa jadi juga telah menjadi kebutuhannya. Dalam
proses belajar, motivasi intrinsik memiliki pengaruh yang lebih efektif, karena
motivasi intrinsik relatif lebih lama dan tidak tergantung pada motivasi dari
luar (ekstrinsik).
Menurut Arden N. Frandsen (Hayinah,
1992), yang termasuk dalam motivasi intrinsik untuk belajar antara lain adalah:
1.
Dorongan ingin tahu dan ingin menyelediki dunia yang
lebih luas;
2.
Adanya sifat positif dan kreatif yang ada pada manusia
dan keinginan untuk maju;
3.
Adanya keinginan untuk mencapai prestasi sehingga
mendapat dukungan dari orang-orang penting, misalkan orangtua, saudara, guru,
atau teman-teman, dan lain sebagainya;
4.
Adanya kebutuhan untuk menguasai ilmu atau pengetahuan
yang berguna bagi dirinya, dan lain-lain.
5.
Adanya keinginan untuk memperbaiki kegagalan yang lalu
dengan usaha yang baru, baik dengan koperasi maupun kompetisi.
6.
Adanya keinginan untuk mendapatkan rasa aman bila
menguasai pelajaran .
7.
Adanya ganjaran atau hukuman sebagai akhir daripada
belajar. (Frandsen, 1961:216) .
Motivasi ekstrinsik adalah faktor
yang datang dari luar diri individu tetapi memberi pengaruh terhadap kemauan
untuk belajar. Seperti pujian, peraturan, tata tertib, reladan guru orangtua,
dan lain sebagainya. Kurangnya respons dari lingkungan secara positif akan
memengaruhi semangat belajar seseorang menjadi lemah.
Ø Minat
Secara
sederhana, minat (interest) berarti kecenderungan dan kegairahan yang
tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu. Menurut Reber (Syah, 2003),
minat bukanlah istilah yang populer dalam psikologi disebabkan
ketergantungannya terhadap berbagai faktor internal lainnya, seperti pemusatan
perhatian, keingintahuan, motivasi, dan kebutuhan.
Namun lepas
dari kepopulerannya, minat sama halnya dengan kecerdasan dan motivasi, karena
memberi pengaruh terhadap aktivitas belajar. Karena jika seseorang tidak
memiliki minat untuk belajar, ia akan tidak bersemangat atau bahkan tidak mau
belajar. Oleh karena itu, dalam konteks belajar di kelas, seorang guru atau
pendidik lainnya perlu membangkitkan minat siswa agar tertarik terhadap materi
pelajaran yang akan dipelajarinya.
Untuk
membangkitkan minat belajar siswa tersebut, banyak cara yang bisa digunakan.
Antara lain, pertama, dengan membuat materi yang akan dipelajari
semenarik mungkin dan tidak membosankan, baik dari bentuk buku materi, desain
pembelajaran yang membebaskan siswa untuk mengeksplor apa yang dipelajari,
melibatkan seluruh domain belajar siswa (kognitif, afektif, psikomotorik)
sehingga siswa menjadi aktif, maupun performansi guru yang menarik saat
mengajar. Kedua, pemilihan jurusan atau bidang studi. Dalam hal ini,
alangkah baiknya jika jurusan atau bidang studi dipilih sendiri oleh siswa
sesuai dengan minatnya.
Ø Sikap
Dalam proses
belajar, sikap individu dapat memengaruhi keberhasilan proses belajarnya.
Sikap adalah gejala internal yang berdimensi afektif berupa kecenderungan untuk
mereaksi atau merespons dengan cara yang relatif tetap terhadap objek, orang,
peristiwa dan sebagainya, baik secara positif maupun negatif (Syah, 2003).
Sikap siswa dalam belajar dapat dipengaruhi oleh perasaan senang atau tidak
senang pada performan guru, pelajaran, atau lingkungan sekitarnya. Dan untuk
mengan tisipasi munculnya sikap yang negatif dalam belajar, guru sebaiknya
berusaha untuk menjadi guru yang profesional dan bertanggung jawab terhadap
profesi yang dipilihnya. Dengan profesionalitas, seorang guru akan berusaha
memberikan yang terbaik bagi siswanya; berusaha mengembangkan kepribadian
sebagai seorang guru yang empatik, sabar, dan tulus kepada muridnya; berusaha
untuk menyajikan pelajaran yang diampunya dengan baik dan menarik sehingga
membuat siswa dapat mengikuti pelajaran dengan senang dan tidak menjemukan;
meyakinkan siswa bahwa bidang srudi yang dipelajari bermanfaat bagi diri siswa.
Ø Bakat
Faktor psikologis lain yang
memengaruhi proses belajar adalah bakat. Secara umum, bakat (aptitude) didefinisikan
sebagai kemampuan potensial yang dimiliki seseorang untuk mencapai keberhasilan
pada masa yang akan datang (Syah, 2003). Berkaitan dengan belajar, Slavin
(1994) mendefinisikan bakat sebagai kemampuan umum yang dimiliki seorang siswa
untuk belajar. Dengan demikian, bakat adalah kemampuan seseorangyang menjadi
salah satu komponen yang diperlukan dalam proses belajar seseorang. Apabila
bakat seseorang sesuai dengan bidang yang sedang dipelajarinya, maka bakat itu
akan mendukung proses belajarnya sehingga kernungkinan besar ia akan
berhasil.
Pada dasarnya, setiap orang
mempunyai bakat atau potensi untuk mencapai prestasi belajar sesuai dengan
kemampuannya masing-masing. Karena itu, bakat juga diartikan sebagai kemampuan
dasar individu untuk melakukan tugas tertentu tanpa tergantung upaya
pendidikan dan latihan. Individu yang telah memiliki bakat tertentu, akan lebih
mudah menyerap segala informasi yang berhubungan dengan bakat yang
dimilikinya. Misalnya, siswa yang berbakat di bidang bahasa akan lebih mudah
mempelajari bahasa-bahasa lain selain bahasanya sendiri.
Ø Rasa Percaya Diri Siswa
Rasa percaya diri timbul dari keinginan mewujudkan
diri bertindak dan berhasil. Dari segi perkembangan, rasa percaya diri dapat
timbul berkat adanya pengakuan dari lingkungan. Dalam proses belajar diketahui
bahwa unjuk prestasi merupakan tahap pembuktian “ perwujudan diri” yang diakui
oleh guru dan rekan sejawat siswa. Makin sering berhasil menyelesaikan tugas,
maka semakin memperoleh pengakuan umum, dan selanjutnya rasa percaya diri
semakin kuat. Begitupun sebaliknya kegagalan yang berulang kali dapat
menimbulkan rasa tidak percaya diri. Bila rasa tidak percaya diri sangat kuat,
maka diduga siswa akan menjadi takut belajar.
Ø Cita-Cita Siswa
Dalam rangka tugas
perkembangan, pada umumnya setiap anak memiliki suatu cita-cita dalam hidup.
Cita-cita merupakan motivasi intrinsik. Tetapi adakalanya “gambaran yang jelas”
tentang tokoh teladan bagi siswa belum ada. Akibatnya, siswa hanya berperilaku
ikut-ikutan. Cita-cita sebagai motivasi intrinsik perlu dididikkan. Didikan
memiliki cita-cita harus dimulai sejak sekolah dasar. Di sekolah menengah
didikan pemilikan dan pencapaian cita-cita sudah semakin terarah. Cita-cita
merupakan wujud eksplorasi dan emansipasi diri siswa. Didikan pemilikan dan
pencapaian cita-cita sebaiknya berpangkal dari kemampuan berprestasi, dimulai
dari hal sederhana ke yang semakin sulit.
b.
Faktor faktor eksogen/eksternal
Selain karakteristik siswa atau
faktor-faktor endogen, faktor-faktor eksternal juga dapat memengaruhi proses
belajar siswa. Dalam hal ini, Syah (2003) menjelaskan bahwa faktor faktor
eksternal yang memengaruhi belajar dapat digolongkan menjadi dua golongan,
yaitu faktor lingkungan sosial dan faktor lingkungan nonsosial.
1) Lingkungan
sosial
·
Lingkungan sosial keluarga. Lingkungan
ini sangat memengaruhi kegiatan belajar. Ketegangan keluarga, sifat-sifat
orangtua, demografi keluarga (letak rumah), pengelolaan keluarga, semuanya
dapat memberi dampak terhadap aktivitas belajar siswa. Hubungan antara anggota
keluarga, orangtua, anak, kakak, atau adik yang harmonis akan membantu siswa
melakukan aktivitas belajar dengan baik.
·
Lingkungan sosial sekolah, seperti
guru, administrasi, dan teman-teman sekelas dapat memengaruhi proses belajar
seorang siswa. Hubungan yang harmonis antara ketiganya dapat menjadi motivasi
bagi siswa untuk belajar lebih baik di sekolah. maka para pendidik, orangtua,
dan guru perlu memerhatikan dan memahami bakat yang dimiliki oleh anaknya atau
peserta didiknya, antara lain dengan mendukung, ikut mengembangkan, dan tidak
memaksa anak untuk memilih jurusan yang tidak sesuai dengan bakatnya.
·
Lingkungan sosial masyarakat. Kondisi
lingkungan masyarakat tempat tinggal siswa akan memengaruhi belajar siswa.
Lingkungan siswa yang kumuh, banyak pengangguran dan anak telantar juga dapat
memengaruhi aktivitas belajar siswa, paling tidak siswa kesulitan ketika memerlukan
teman belajar, diskusi, atau meminjam alat-alat belajar yang kebetulan belum
dimilikinya.
2) Lingkungan
nonsosial.
Faktor
faktor yang termasuk lingkungan nonsosial adalah:
·
Lingkungan alamiah, seperti kondisi udara yang segar,
tidak panas dan tidak dingin, sinar yang tidak terlalu silau/kuat, atau tidak
terlalu lemah/gelap, suasana yang sejuk dan tenang. Lingkungan alamiah tersebut
merupakan faktor-faktor yang dapat memengaruhi aktivitas belajar siswa.
Sebaliknya, bila kondisi lingkungan alam tidak mendukung, proses belajar siswa
akan terhambat.
·
Faktor instrumental, yaitu
perangkat belajar yang dapat digolongkan dua macam. Pertama, hardware, seperti
gedung sekolah, alat-alat belajar, fasilitas belajar, lapangan olahraga. Contohnya,
letak sekolah atau tempat belajar harus memenuhi syarat-syarat seperti di
tempat yang tidak terlalu dekat kepada kebisingan atau jalan ramai, lalu
bangunan itu harus memenuhi syarat-syarat yang telah ditentukan. Kedua, software,
seperti kurikulum sekolah, peraturan-peraturan sekolah, buku panduan,
silabi, dan lain sebagainya.
·
Faktor materi pelajaran (yang diajarkan ke siswa).
Faktor ini hendaknya disesuaikan dengan usia perkembangan siswa, begitu juga
dengan metode mengajar guru, disesuaikan dengan kondisi perkembangan siswa.
Karena itu, agar guru dapat memberikan kontribusi yang positif terhadap
aktivitas belajar siswa, maka guru harus menguasai materi pelajaran dan
berbagai metode mengajar yang dapat diterapkan sesuai dengan kondisi siswa.
3)
Faktor pendekatan
belajar
Pendekatan
belajar dapat dipahami sebagai segala cara atau strategi yang digunakan siswa
dalam menunjang keefektifan dan efisiensi proses pembelajaran materi tertentu.
Strategi dalam hal ini berarti seperangkat langkah operasional yan direkayasa
sedemikianrupa untuk memecahkan masalah atau mencapai tujuan belajar tertentu
(Lawson, 1991).
Disamping
faktor-faktor internal dan eksternal siswa, faktor pendekatan belajar juga
berpengaruh terhadap taraf keberhasilan proses belajar siswa tersebut.
Seseorang siswa yang terbiasa mengaplikasikan pendekatan belajar deep misalnya,
bepeluang sekali untuk meraih prestasi belajar yang bermutu daripada siswa yang
menggunakan pendekatan belajar surface
atau repfroductive.
4)
Bimbingan
Didalam
belajar , anak membutuhkan bimbingan. Bimbingan ini perlu diberikan untuk
mencegah usaha-usaha yang membuta, hingga anak tidak mengalami kegagalan,
melainkan dapat membawa kesuksesan. Bimbingan dapat menghindarkan kesalahan dan
memperbaikinya.
Bimbingan
dapat diberikan sebelum ada usaha-usaha belajar atau sewaktu-waktu setelah ada
usaha-usaha yang tidak terpimpin. Keefktifan bimbingan ini tergantung dari
macam-macam tugas dan kebutuhan dari orang yang belajar. Karena ini dapat
mencegah kesalahan yang bisa timbul dan mengakibatkan adanya putus asa. Karena
apabila pada permulaannya sudah mengalami kegagalan ini akan berakibat
bermacam-macam antara lain kebencian terhadap guru yang memberikan mata
pelajarannya, hingga dapat menghambat keefektifan belajar.
Tetapi
harus diingat bahwa bimbingan jangan diberikan secara berlebihan, karena hal
ini akan merusak tujuan. Apabila orang yang belajar telah menguasai inti
tugasnya, bimbingan harus dihilangkan. Karena kalau diberikan terlalu banyak
bimbingan ini akan mengakibatkan terhambatnya inisiatif, hingga tidak ada
kemauan lagi untuk berusaha. Dan sebaliknya apabila bimbingan diberikan terlalu
sedikit, maka perhatian akan hilang dan kepercayaan terhadapa diri sendiri akan
menjadi lemah.
Contoh
terlalu banyak bimbingan misalnya dalam memecahkan persoalan selalu dibimbing,
maka makin lama akan makin tidak ada usaha untuk berusaha sendiri dalam
menghadapi persoalan. Ia akan selalu menanati pertolongan di dalam segala hal.
Motiv ini sama saja dengan apa yang sering disebut dalam bahasa Inggris “Drive”
atau “need”. Yaitu sesuatu dalam diri manusia yang mendorong manusia untuk berbuat menuju ke suatu tujuan.
Rangsang
luar yang memberi dorongan pada suatu motive atau suatu drive atau need untuk
mencaari tujuan dan mencapai tujuan disebut intensif . sedangkan motivasi
adalah pemberian dorongan pada motive entah dari dalam , dari luar untuk dapat
mencapai tujuan. Jadi segala perbuatan yang menuju ke suatu tujuan adalah
bermotive. Motivasi ada dua macam yaitu motivasi yang asli dan motivasi yang didapat.
Di
dalam pendidikan , motivasi ialah seni yang merangsang perhatian pada murid
apabila tidak mempunyai perhatian, atau yang belum dirasakn oleh murid atau
menyempurnakan perhatian yang sudah ada supaya menjadi perbuatan yang
dikehendaki masyarakat. Motivasi dalam belajar mengandung : membangkitkan , memberi kekuatan dan memberi
arah pada tingkah laku yang diinginkan.
5)
Ulangan
Didalam
belajar, perlu adanya ulangan-ulangan. Hal ini adalah elemen vital dalam
belajar. Adanya ulangan-ulangan ini dapat menunjukkan pada orang yang belajar kemajuan-kemajuan
dan kelemahan-kelemahan nya. Dengan demikian orang yang belajar akan menambah
usah nya untuk belajar. Penting diperhatikan tentang memberitahukan hasil
ulangan, supaya anak tahu hasil nya. Dan perlu pula memperbincangkan
kesalahan-kesalahan yang diperbuat, supaya kesalahan baru tidak diperbuat lagi.
Dalil-dalil
dalam ilmu tata bahasa akan lebih mudah dipelajari apabila dipergunakannya
dalam hubungan nya dengan pemakaian praktis dalam bahas tulis maupun lisan
Daftar
Pustaka
Syah, Muhibbin. 2003. Psikologi Belajar. Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada
Suryabrata, Sumadi. 2010.
Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT
Raja Grafindo Persada
Dimyanti dan Mudiono.
2006. Belajar dan Pembelajaran.
Jakarta: PT Asdi Mahasatya
Mustaqim dan Wahid,
Abdul. 2003. Psikologi Pendidikan.
Jakarta: PT Melton Putra
Http://Faktorfaktor%20yang%20mempengaruhi%20belajar%20_%20Miklotof%20Blog.htm