Learning Cycle
Mata Kuliah : Pendidikan
IPA SD 2
Dosen Pengampu : Drs. Rumansyah, M.Pd
Kelas : II C
Prodi : S1 PGSD
Kelompok 8
v Suherman Habibie
(A1E311267)
v Muflihatul Latufah
(A1E311242)
v Ihya Yusriati (A1E311290)
v Syahrida Ainamera
(A1E311317)
v Annisa Rahmah (A1E311260)
v Fahruddin (A1E311283)
v Chandra Irawan (A1E311268)
v Sholeha Ubadiyah
(A1E311244)
v M. Syahbana (A1E311257)
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
FAKULTAS KEGURUAN ILMU PENDIDIKAN
PROGRAM S1 PGSD 2012
MODEL SIKLUS BELAJAR (LEARNING CYCLE)
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Siklus belajar merupakan salah satu metode perencanaan yang telah diakui dalam pendidikan IPA. Siklus belajar dikembangkan berdasarkan teori yang dikembangkan pada masa kini tentang bagaimana siswa seharusnya belajar. Metode ini merupakan metode yang mudah untuk digunakan oleh guru dan dapat memberikan kesempatan untuk mengembangkan kreativitas belajar IPA pada setiap siswa . Guru harus menemukan cara-cara memahami pandangan-pandangan siswa, merencanakan kerangka alternatif, merangsang kebingungan antar siswa dan mengembangkan tugas-tugas yang mengajukan konstruksi pengetahuan.
Menurut Dahar RW (1998) menyatakan bahwa prinsip-prinsip yang paling umum dan esensial yang dapat diturunkan dari konstruktivisme ialah siswa memperoleh pengetahuan diluar sekolah dan pendidikan seharusnya memperhatikan hal tersebut. Dan juga menyatakan bahwa pelajaran kemudian dikembangkan dari gagasan yang telah ada mungkin melalui langkah-langkah intermediet dan berakhir dengan gagasan yang telah mengalami modifikasi. Salah satu model belajar mengajar yang menerapkan konstruktivisme adalah penggunaan model siklus belajar atau sering disebut Learning Cycle.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Siklus belajar merupakan salah satu metode perencanaan yang telah diakui dalam pendidikan IPA. Siklus belajar dikembangkan berdasarkan teori yang dikembangkan pada masa kini tentang bagaimana siswa seharusnya belajar. Metode ini merupakan metode yang mudah untuk digunakan oleh guru dan dapat memberikan kesempatan untuk mengembangkan kreativitas belajar IPA pada setiap siswa . Guru harus menemukan cara-cara memahami pandangan-pandangan siswa, merencanakan kerangka alternatif, merangsang kebingungan antar siswa dan mengembangkan tugas-tugas yang mengajukan konstruksi pengetahuan.
Menurut Dahar RW (1998) menyatakan bahwa prinsip-prinsip yang paling umum dan esensial yang dapat diturunkan dari konstruktivisme ialah siswa memperoleh pengetahuan diluar sekolah dan pendidikan seharusnya memperhatikan hal tersebut. Dan juga menyatakan bahwa pelajaran kemudian dikembangkan dari gagasan yang telah ada mungkin melalui langkah-langkah intermediet dan berakhir dengan gagasan yang telah mengalami modifikasi. Salah satu model belajar mengajar yang menerapkan konstruktivisme adalah penggunaan model siklus belajar atau sering disebut Learning Cycle.
BAB II
LEARNING CYCLE
LEARNING CYCLE
Siklus
Belajar
A. Pengertian Learning Cycle
Siklus belajar (learning cycle) adalah suatu model pembelajaran yang berpusat pada peserta didik (student centered). Pengembangan model ini pertama kali dilakukan oleh Science Curriculum Improvement Study (SCIS) pada tahun 1970-1974. Model ini dilandasi oleh pandangan kontruktivisme dari Piaget yang berangapan bahwa dalam belajar pengetahuan itu dibangun sendiri oleh anak dalam struktur kognitif melalui interaksi dengan lingkungannya. Siklus belajar merupakan rangkaian tahap-tahap kegiatan (fase) yang diorganisasi sedemikian rupa sehingga peserta didik dapat menguasai kompetensi-kompetensi, yang harus dicapai dalam pembelajaran dengan jalan berperan aktif. Siklus belajar pada mulanya terdiri dari fase-fase eksplorasi (exploration), pengenalan konsep (concept introduction) dan aplikasi konsep (concept application) (Karplus dan Their dalam Renner et al, 1998).
B. Alasan Menggunakan Siklus Belajar (Learning
Cylce)
Siklus belajar patut dikedepankan, karena sesuai
dengan teori belajar Piaget (Renner et al, 1988), teori belajar yang berbasis
konstruktivisme. Piaget menyatakan bahwa belajar merupakan pengembangan aspek
kognitif yang meliputi : struktur, isi, dan fungsi. Struktur intelektual
adalah organisasi-organisasi mental tingkat tinggi yang dimiliki individu
untuk memecahkan masalah-masalah. Isi adalah perilaku khas individu dalam
merespon masalah yang dihadapi. Sedangkan fungsi merupakan proses
perkembangan intelektual yang mencakup adaptasi dan organisasi (Arifin, 1995).
Adaptasi terdiri atas asimilasi dan akomodasi. Pada proses asimilasi individu
menggunakan struktur kognitif yang sudah ada untuk memberikan respon terhadap
rangsangan yang diterimanya. Dalam asimilasi individu berinteraksi dengan data
yang ada di lingkungan untuk diproses dalam struktur mentalnya. Dalam proses ini struktur mental individu dapat berubah, sehingga
terjadi akomodasi. Pada konsisi ini individu melakukan modifikasi dari struktur
yang ada, sehingga terjadi pengembangan struktur mental. Pemerolehan konsep
baru akan berdampak pada konsep yang telah dimiliki individu. Individu harus
dapat menghubungkan konsep yang baru dipelajari dengan konsep-konsep lain dalam
suatu hubungan antar konsep. Konsep yang baru harus diorganisasikan dengan
konsep-konsep lain yang telah dimiliki. Organisasi yang baik dari intelektual
seseorang akan tercermin dari respon yang diberikan dalam menghadapi masalah.
Karplus dan Their (dalam Renner et al, 1988) mengembangkan strategi
pembelajaran yang sesuai dengan ide Piaget di atas. Dalam hal ini pembelajar
diberi kesempatan untuk mengasimilasi informasi dengan cara mengeksplorasi
lingkungan, mengakomodasi informasi dengan cara mengembangkan konsep,
mengorganisasikan informasi dan menghubungkan konsep-konsep baru dengan
menggunakan atau memperluas konsep yang dimiliki untuk menjelaskan suatu
fenomena yang berbeda. Implementasi teori Piaget oleh Karplus dikembangkan
menjadi fase eksplorasi, pengenalan konsep, dan aplikasi konsep. Unsur-unsur
teori belajar Piaget (asimilasi, akomodasi, dan organisasi) mempunyai
korespondensi dengan fase-fase dalam Siklus Belajar (abraham et al, 1986).
C.
Tipe dan Pengembangan fase-fase dalam Learning Cycle
Lawson (1995) mengemukakan tiga tipe learning cycle yaitu:
1. Deskriptif; para siswa menemukan pola empiris dalam konteks khusus (eksplorasi); guru memberi nama pada pola itu (pengenalan istilah atau konsep), kemudian pola itu ditentukan dalam konteks-konteks lain (aplikasi konsep).
2. Empiris-induksi; para siswa juga menemukan pola empiris dalam konteks khusus (eksplorasi), tetapi mereka selanjutnya mengemukakan sebab-sebab yang mungkin tentang terjadinya suatu pola.
3. Hipotesis deduktif; dimulai dengan pernyataan sebab. Para siswa diminta untuk merumuskan jawaban-jawaban hipotesis-hipotesis yang mungkin pada terhadap pernyataan itu.
Ketiga tipe learning cycle ini menunjukan suatu kontinum dari sains deskriptif hingga sains eksperimental. Dengan sendirinya ketiga siklus belajar ini menghendaki perbedaan dalam inisiatif dan kemampuan penalaran siswa.
Lawson (1995) mengemukakan tiga tipe learning cycle yaitu:
1. Deskriptif; para siswa menemukan pola empiris dalam konteks khusus (eksplorasi); guru memberi nama pada pola itu (pengenalan istilah atau konsep), kemudian pola itu ditentukan dalam konteks-konteks lain (aplikasi konsep).
2. Empiris-induksi; para siswa juga menemukan pola empiris dalam konteks khusus (eksplorasi), tetapi mereka selanjutnya mengemukakan sebab-sebab yang mungkin tentang terjadinya suatu pola.
3. Hipotesis deduktif; dimulai dengan pernyataan sebab. Para siswa diminta untuk merumuskan jawaban-jawaban hipotesis-hipotesis yang mungkin pada terhadap pernyataan itu.
Ketiga tipe learning cycle ini menunjukan suatu kontinum dari sains deskriptif hingga sains eksperimental. Dengan sendirinya ketiga siklus belajar ini menghendaki perbedaan dalam inisiatif dan kemampuan penalaran siswa.
Fase-fase
Pembelajaran dengan Model Siklus Belajar (Learning Cycle)
Dalam
pembelajaran model siklus belajar (learning cycle) terdapat 3 fase
penting yaitu fase eksplorasi, pengenalan konsep, dan penerapan konsep.
Pada
fase eksplorasi siswa diberi
kesempatan untuk mengeksplorasi materi secara bebas. Siswa melakukan berbagai
kegiatan ilmiah seperti mengamati, membandingkan, mengelompokkan,
menginterpretasikan dan yang lainnya, sehingga menemukan konsep-konsep penting
sesuai dengan topik yang sedang dibahas. Ada kalanya konsep yang ditemukan
sudah sesuai dengan konsepsi awal mereka sehingga langsung diasimilasikan ke
dalam struktur kognitifnya tetapi ada juga konsep yang tidak sesuai
sehingga menimbulkan konflik kognitif. Melalui diskusi dan bertanya pada teman
maupun guru, siswa mengakomodasi konsep tersebut untuk dapat diasimilasikan.
Dengan cara demikian siswa mengembangkan pengetahuan yang dimilikinya. Pada
fase ini aktivitas kebanyakan dilakkan oleh siswa sedang guru hanya memberikan
orientasi tentang apa yang harus dilakukan siswa, mengajukan pertanyaan untuk
mengarahkan kegiatan siswa, memberikan motivasi, serta mengidentifikasi dan
membimbing siswa yang mengalami konflik kognitif. Dengan mengajukan
pertanyaan-pertanyaan guru membimbing siswa mengumpulkan data untuk memecahkan
masalah yang sedang dipelajari. Disinilah guru mempunyai banyak peluang untuk
melatih keterampilan proses dan sikap ilmiah para siswa sesuai dengan apa yang
ditargetkan dalam rencana pembelajaran.
Pada fase
pengenalan konsep peran guru lebih dominan. Dengan menggunakan metode yang
sesuai, guru membantu siswa mengidentifikasi konsep, prinsip, dan hukum-hukum
yang berhubungan dengan pengalaman pada fase eksplorasi.
Dalam tahap ini guru berperan lebih tradisional. Guru
mengumpulkan informasi dari murid-murid yang berkaitan dengan pengalaman mereka
dalam eksplorasi. Bagian pelakaran ini merupakan waktu untuk menyusun
pembendaharaan kata. Materi-materi seperti buku, alat pandang dengar dan materi
tertulis lainnya diperlukan untuk penyusunan konsep.
Fase
terakhir adalah penerapan konsep. Pada fase ini siswa diminta untuk
menerapkan konsep yang baru mereka pahami untuk memecahkan masalah-masalah
dalam situasi yang berbeda. Dalam hal ini guru bertugas untuk menyiapkan
berbagai kegiatan atau permasalahan yang relevan dengan konsep yang sedang dibahas.
Pada fase ini, peserta didik diajak menerapkan
pemahaman konsepnya melalui kegiatan-kegiatan seperti problem solving atau
melakukan percobaan lebih lanjut. Penerapan konsep dapat meningkakan pemahaman
konsep dan motivasi belajar, karena peserta didik mengetahui penerapan nyata
dari konsep yang mereka pelajari.
Dengan menggunakan pendekatan siklus/daur belajar,
dapat diciptakan kesempatan untuk memberikan pengalaman fisik, interaksi
sosial, danr euglasi sendiri. Dengan kata lain, dengan menggunakan pendekatan
ini dapat diciptakan pengalaman-pengalaman belajar yang menginkorporasikan tiga
variabel yang berperanan dalam pembentukan konsep. Tahap eksplorasi memberikan
murid-murid pengalaman fisik dan interaksi sosial. Pengalaman ini mendorong
asimilasi atau mungkin menyebabkan murid untuk bertanya tentang pemikiran
mereka mengenai konsep tertentu, menciptakan disekuilibrasi. Pengalaman fisik
juga membantu murid dalam menumbuhkan image mental dari gagasan baru atau
istilah-istilah baru yang disampaikan dalam tahap pengenalan konsep.
Karena gagasan-gagasan atau istilah-istilah baru
disampaikan dalam pengenalan konsep, murid-murid mempunyai kesempatan untuk
berinteraksi dengan gagasan baru dan dengan guru serta dengan teman. Interaksi
ini cukup untuk membantu murid mengasimilasi atau mengakomodasi gagasan
tertentu.
Tahap penerapan konsep mendorong interaksi fisik dan
sosial tambahan dengan memberikan kesempatan mereka untuk menggunakan
agasan-gagasan dan istilah-istilah baru ini dalam situasi yang berbeda.
Pengalaman-pengalaman ini membantu menemukan jawaban-jawaban terhadap
pertanyaan-pertanyaan yang muncul selama tahap eksplorasi dan pengenalan
konsep, memberikan kesempatan tambahan untuk terjadinya regulasi sendiri.
Di samping yang telah disebutkan di atas, tahap
penerapan konsep ini penting bagi beberapa murid untuk memperluas penerapan
konsep baru tersebut. Tanpa adanya berbagai macam variasi penerapan konsep,
makna konsep itu akan tinggal terbatas pada contoh yang dibicarakan saja.
Sebagai tambahan, kegiatan penerapan konsep membantu murid-murid yang
pembentukan konsepnya berjalan lambat dari pada murid-murid lainnya. Dan
akhirnya, penerapan konsep memberikan kesempatan kepada murid-murid untuk
menemukan penerapan konsep sendiri dalam konteks yang baru.
Dengan perhatian tetap diarahkan pada murid-murid,
variabel pembentukan konsep (kematangan fisik) dapat juga diakomodasi
dengansiklus belajar. Menurut para pakar teori kognitif, murid-murid hanya
dapat menginternalisasi konsep bilamana mereka telah “siap mental”. Oleh karena
itu, dengan pemilihan konsep-konsep/topik yang tepat dari masing-masing
pelajaran, murid-murid dapat diberi pengalaman-pengalaman belajar yang cocok
dengan kemampuan penalarannya.
Penerapan
konsep dapat meningkatkan pemahaman konsep dan motivasi belajar, karena
pebelajar mengetahui penerapan nyata dari konsep yang mereka pelajari.
Tiga fase dalam model learning cycle saat ini telah dikembangkan dan disempurnakan menjadi 5 fase, . Pada LC 5 fase, ditambahkan tahap engagement sebelum exploration dan ditambahkan pula tahap evaluation pada bagian akhir siklus. Pada model ini, tahap concept introduction dan concept application masing-masing diistilahkan menjadi explaination dan elaboration. Karena itu LC 5 fase sering dijuluki LC 5E yaitu Engagement, Exploration, Explaination, Elaboration, dan Evaluation (Lorsbach, 2002).
5 E Learning Cycle Model :
Tiga fase dalam model learning cycle saat ini telah dikembangkan dan disempurnakan menjadi 5 fase, . Pada LC 5 fase, ditambahkan tahap engagement sebelum exploration dan ditambahkan pula tahap evaluation pada bagian akhir siklus. Pada model ini, tahap concept introduction dan concept application masing-masing diistilahkan menjadi explaination dan elaboration. Karena itu LC 5 fase sering dijuluki LC 5E yaitu Engagement, Exploration, Explaination, Elaboration, dan Evaluation (Lorsbach, 2002).
5 E Learning Cycle Model :
Engagement
Mempersiapkan diri siswa agar terkondisi dalam menempuh fase berikutnya dengan jalan mengeksplorasi pengetahuan awal dan ide-ide mereka serta untuk mengetahui kemungkinan terjadinya miskonsepsi pada pembelajaran sebelumnya.
Minat dan keingintahuan (curiosity) pebelajar tentang topik yang akan diajarkan berusaha dibangkitkan. Pada fase ini pula pebelajar diajak membuat prediksi-prediksi tentang fenomena yang akan dipelajari dan dibuktikan dalam tahap eksplorasi
Exploration Siswa diberi kesempatan untuk bekerja sama dalam kelompok-kelompok kecil tanpa pengajaran langsung dari guru untuk menguji prediksi, melakukan dan mencatat pengamatan serta ide-ide melalui kegiatan-kegiatan seperti praktikum dan telaah literatur.
Explanation Pada fase explanation, guru harus mendorong siswa untuk menjelaskan konsep dengan kalimat mereka sendiri, meminta bukti dan klarifikasi dari penjelasan mereka, dan mengarahkan kegiatan diskusi
Elaboration siswa menerapkan konsep dan ketrampilan dalam situasi baru melalui kegiatan-kegiatan seperti praktikum lanjutan dan problem solving.
Evaluation Pada tahap akhir, evaluation, dilakukan evaluasi terhadap efektifitas fase-fase sebelumnya dan juga evaluasi terhadap pengetahuan, pemahaman konsep, atau kompetensi siswa melalui problem solving dalam konteks baru yang kadang-kadang mendorong siswa melakukan investigasi lebih lanjut. Berdasarkan tahapan-tahapan dalam metode pembelajaran bersiklus seperti dipaparkan di atas, diharapkan siswa tidak hanya mendengar keterangan guru tetapi dapat berperan aktif untuk menggali dan memperkaya pemahaman mereka terhadap konsep-konsep yang dipelajari.
Mempersiapkan diri siswa agar terkondisi dalam menempuh fase berikutnya dengan jalan mengeksplorasi pengetahuan awal dan ide-ide mereka serta untuk mengetahui kemungkinan terjadinya miskonsepsi pada pembelajaran sebelumnya.
Minat dan keingintahuan (curiosity) pebelajar tentang topik yang akan diajarkan berusaha dibangkitkan. Pada fase ini pula pebelajar diajak membuat prediksi-prediksi tentang fenomena yang akan dipelajari dan dibuktikan dalam tahap eksplorasi
Exploration Siswa diberi kesempatan untuk bekerja sama dalam kelompok-kelompok kecil tanpa pengajaran langsung dari guru untuk menguji prediksi, melakukan dan mencatat pengamatan serta ide-ide melalui kegiatan-kegiatan seperti praktikum dan telaah literatur.
Explanation Pada fase explanation, guru harus mendorong siswa untuk menjelaskan konsep dengan kalimat mereka sendiri, meminta bukti dan klarifikasi dari penjelasan mereka, dan mengarahkan kegiatan diskusi
Elaboration siswa menerapkan konsep dan ketrampilan dalam situasi baru melalui kegiatan-kegiatan seperti praktikum lanjutan dan problem solving.
Evaluation Pada tahap akhir, evaluation, dilakukan evaluasi terhadap efektifitas fase-fase sebelumnya dan juga evaluasi terhadap pengetahuan, pemahaman konsep, atau kompetensi siswa melalui problem solving dalam konteks baru yang kadang-kadang mendorong siswa melakukan investigasi lebih lanjut. Berdasarkan tahapan-tahapan dalam metode pembelajaran bersiklus seperti dipaparkan di atas, diharapkan siswa tidak hanya mendengar keterangan guru tetapi dapat berperan aktif untuk menggali dan memperkaya pemahaman mereka terhadap konsep-konsep yang dipelajari.
D. Aplikasi Learning Cycle 5E (5 fase) dalam
Kegiatan Pembelajaran
Berikut ini contoh penerapan Learning Cycle 5E dalam Pembelajaran IPA di SD dalam Silabus dan RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) sebagai berikut :
Rencana Pelaksanaan Pengajaran (RPP) dan Silabus
Skenario Pembelajaran Siklus LC 5E
(Engagement, Eksploration, Explanation, Elaboration, Evaluation)
Nama Sekolah : SD X
Mata Pelajaran : IPA
Kelas : IV
Semester : II
Alokasi Waktu : 2 X 45 menit (4 jam pelajaran)
Pendekatan : Konsep
Model : Learning Cycle 5E tipe Empiris-Induktif
Metode : Ceramah, ekspositori dan diskusi
Standar Kompetensi : Memahami hubungan antara sunber daya alam dengan lingkungan, teknologi, dan masyarakat.
Kompetensi Dasar :
Berikut ini contoh penerapan Learning Cycle 5E dalam Pembelajaran IPA di SD dalam Silabus dan RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) sebagai berikut :
Rencana Pelaksanaan Pengajaran (RPP) dan Silabus
Skenario Pembelajaran Siklus LC 5E
(Engagement, Eksploration, Explanation, Elaboration, Evaluation)
Nama Sekolah : SD X
Mata Pelajaran : IPA
Kelas : IV
Semester : II
Alokasi Waktu : 2 X 45 menit (4 jam pelajaran)
Pendekatan : Konsep
Model : Learning Cycle 5E tipe Empiris-Induktif
Metode : Ceramah, ekspositori dan diskusi
Standar Kompetensi : Memahami hubungan antara sunber daya alam dengan lingkungan, teknologi, dan masyarakat.
Kompetensi Dasar :
-Menjelaskan hubungan antara sumber daya alam
dengan lingkungan.
- Menjelaskan hubungan
antara sumber daya alam dengan teknologi yang di gunakan.
- Menjelaskan dampak
pengambilan bahan alam terhadap pelestarian lingkungan.
Indikator : 1. Menjelaskan pengertian sunber daya alam
2. Menyebutkan jenis-jenis sumber daya alam. 3. Menjelaskan cara pengelolaan sumber daya alam
4. Menjelaskan keuntungan dan kerugian pengelolaan sumber daya alam dengan teknologi yang digunakan. 5. Menjelaskan dampak negatif pengelolaan bahan alam yang tidak bijaksana. 6. Menjelaskan kegiatan manusia yang dapat mengatasi dampak negatif pengambilan bahan alam.
Indikator : 1. Menjelaskan pengertian sunber daya alam
2. Menyebutkan jenis-jenis sumber daya alam. 3. Menjelaskan cara pengelolaan sumber daya alam
4. Menjelaskan keuntungan dan kerugian pengelolaan sumber daya alam dengan teknologi yang digunakan. 5. Menjelaskan dampak negatif pengelolaan bahan alam yang tidak bijaksana. 6. Menjelaskan kegiatan manusia yang dapat mengatasi dampak negatif pengambilan bahan alam.
A. Tujuan Pembelajaran :
Setelah mempelajari
subbab berikut, siswa dapat:
1. Menyebutkan jenis-jenis sumber daya alam;
2. Menjelaskan proses terbentuknya sumber daya alam;
3. Menjelaskan cara pemulihan sumber daya alam;
4. Mengelompokkan sumber daya alam berdasarkan pemulihannya;
1. Menyebutkan jenis-jenis sumber daya alam;
2. Menjelaskan proses terbentuknya sumber daya alam;
3. Menjelaskan cara pemulihan sumber daya alam;
4. Mengelompokkan sumber daya alam berdasarkan pemulihannya;
5. Menjelaskan
hubungan antara sumber daya alam dengan lingkungan;
6. Menyebutkan
teknologi yang digunakan untuk pemanfaatan sumber daya alam; serta
7. Menjelaskan cara
kerja salah satu teknologi yang digunakan untuk pemanfaatan sumber daya alam.
B. Materi Pokok
Sumber daya alam adalah sesuatu yang dapat dimanfaatkan untuk berbagai kepentingan dan kebutuhan hidup manusia agar hidup lebih sejahtera yang ada di sekitar alam lingkungan hidup kita. Sumber daya alam bisa terdapat di mana saja seperti di dalam tanah, air, permukaan tanah, udara, dan lain sebagainya. Contoh dasar sumber daya alam seperti barang tambang, sinar matahari, tumbuhan, hewan dan banyak lagi lainnya.
B. Materi Pokok
Sumber daya alam adalah sesuatu yang dapat dimanfaatkan untuk berbagai kepentingan dan kebutuhan hidup manusia agar hidup lebih sejahtera yang ada di sekitar alam lingkungan hidup kita. Sumber daya alam bisa terdapat di mana saja seperti di dalam tanah, air, permukaan tanah, udara, dan lain sebagainya. Contoh dasar sumber daya alam seperti barang tambang, sinar matahari, tumbuhan, hewan dan banyak lagi lainnya.
A. Sumber daya alam berdasarkan jenis :
- sumber daya alam hayati / biotik
adalah sumber daya alam yang berasal dari makhluk hidup.
contoh : tumbuhan, hewan, mikro organisme, dan lain-lain
- sumber daya alam non hayati / abiotik
adalah sumber daya alam yang berasal dari benda mati.
contoh : bahan tambang, air, udara, batuan, dan lain-lain
- sumber daya alam hayati / biotik
adalah sumber daya alam yang berasal dari makhluk hidup.
contoh : tumbuhan, hewan, mikro organisme, dan lain-lain
- sumber daya alam non hayati / abiotik
adalah sumber daya alam yang berasal dari benda mati.
contoh : bahan tambang, air, udara, batuan, dan lain-lain
B. Sumber daya alam berdasarkan sifat pembaharuan :
- sumber daya alam yang dapat diperbaharui / renewable
yaitu sumber daya alam yang dapat digunakan berulang-ulang kali dan dapat dilestarikan.
contoh : air, tumbuh-tumbuhan, hewan, hasil hutan, dan lain-lain
- sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui / non renewable
ialah sumber daya alam yang tidak dapat di daur ulang atau bersifat hanya dapat digunakan sekali saja atau tidak dapat dilestarikan serta dapat punah.
contoh : minyak bumi, batubara, timah, gas alam.
- Sumber daya alam yang tidak terbatas jumlahnya / unlimited
contoh : sinar matahari, arus air laut, udara, dan lain lain.
- sumber daya alam yang dapat diperbaharui / renewable
yaitu sumber daya alam yang dapat digunakan berulang-ulang kali dan dapat dilestarikan.
contoh : air, tumbuh-tumbuhan, hewan, hasil hutan, dan lain-lain
- sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui / non renewable
ialah sumber daya alam yang tidak dapat di daur ulang atau bersifat hanya dapat digunakan sekali saja atau tidak dapat dilestarikan serta dapat punah.
contoh : minyak bumi, batubara, timah, gas alam.
- Sumber daya alam yang tidak terbatas jumlahnya / unlimited
contoh : sinar matahari, arus air laut, udara, dan lain lain.
C. Sumber daya alam berdasarkan kegunaan atau penggunaannya
- sumber daya alam penghasil bahan baku
adalah sumber daya alam yang dapat digunakan untuk menghasilkan benda atau barang lain sehingga nilai gunanya akan menjadi lebih tinggi.
contoh : hasil hutan, barang tambang, hasil pertanian, dan lain-lain
- sumber daya alam penghasil energi
adalah sumber daya alam yang dapat menghasilkan atau memproduksi energi demi kepentingan umat manusia di muka bumi.
misalnya : ombak, panas bumi, arus air sungai, sinar matahari, minyak bumi, gas bumi, dan lain sebagainya.
- sumber daya alam penghasil bahan baku
adalah sumber daya alam yang dapat digunakan untuk menghasilkan benda atau barang lain sehingga nilai gunanya akan menjadi lebih tinggi.
contoh : hasil hutan, barang tambang, hasil pertanian, dan lain-lain
- sumber daya alam penghasil energi
adalah sumber daya alam yang dapat menghasilkan atau memproduksi energi demi kepentingan umat manusia di muka bumi.
misalnya : ombak, panas bumi, arus air sungai, sinar matahari, minyak bumi, gas bumi, dan lain sebagainya.
1 jenis-jenis sumber
daya alam:
-sumber daya alam
hayati (biotik) sumber daya alam nonhayati (abiotik)
C. Langkah-Langkah
Pembelajaran
v Kegiatan Awal
a) Guru mengucapkan salam pembuka dan doa
b) Motivasi meminta siswa menuliskan pada seslembar kertas tentang apa saja sumber daya alam yang ada di sekitar tempat tinggal.
Kegiatan Intiv
Fase 1: EngagementØ
a) Guru memperlihatkan berbagai model ekosistem.
b) Melalui proses tanya jawab siswa mendeskripsikan komponen penyusun ekosistem.
Fase 2 : ExplorationØ
a) Guru membagi siswa dalam 5 kelompok dengan anggota masing-masing kelompok sebanyak 7 orang siswa.
b) Setiap kelompok ditugaskan untuk melakukan mengamati model ekosistem yang telah ditampilakan guru.
c) Melalui diskusi kelompok siswa membedakan faktor biotik dan abiotik beserta contoh.
Fase 3 : ExplanationØ
a) Melalui diskusi kelas siswa menjelaskan interaksi antar komponen ekosistem dalam bentuk narasi.
Fase 4 : ElaborationØ
a) Melalui diskusi kelas siswa menyusun bagan aliran energi suatu ekosistem.
Fase 5 : EvaluationØ
Evaluasi dilakukan selama pembelajaran dilangsungkan. Guru bertugas untuk mengobservasi pengetahuan dan kecakapan siswa dalam mengaplikasikan konsep dan perubahan berfikir siswa. Instrumen yang digunakan guru berupa rubrik penilaian sebagai berikut :
v Kegiatan Awal
a) Guru mengucapkan salam pembuka dan doa
b) Motivasi meminta siswa menuliskan pada seslembar kertas tentang apa saja sumber daya alam yang ada di sekitar tempat tinggal.
Kegiatan Intiv
Fase 1: EngagementØ
a) Guru memperlihatkan berbagai model ekosistem.
b) Melalui proses tanya jawab siswa mendeskripsikan komponen penyusun ekosistem.
Fase 2 : ExplorationØ
a) Guru membagi siswa dalam 5 kelompok dengan anggota masing-masing kelompok sebanyak 7 orang siswa.
b) Setiap kelompok ditugaskan untuk melakukan mengamati model ekosistem yang telah ditampilakan guru.
c) Melalui diskusi kelompok siswa membedakan faktor biotik dan abiotik beserta contoh.
Fase 3 : ExplanationØ
a) Melalui diskusi kelas siswa menjelaskan interaksi antar komponen ekosistem dalam bentuk narasi.
Fase 4 : ElaborationØ
a) Melalui diskusi kelas siswa menyusun bagan aliran energi suatu ekosistem.
Fase 5 : EvaluationØ
Evaluasi dilakukan selama pembelajaran dilangsungkan. Guru bertugas untuk mengobservasi pengetahuan dan kecakapan siswa dalam mengaplikasikan konsep dan perubahan berfikir siswa. Instrumen yang digunakan guru berupa rubrik penilaian sebagai berikut :
Nama Fase 1 Fase 2 Fase 3 Fase 4
Kemampuan mendeskripsikan pengerrtian ekosistem (kognitif) Kemampuan mendeskripsikan komponen penyusun ekosistem abiotik dan biotik (kognitif) Kemampuan mengidentifikasi interaksi komponen penusun abiotik dan biotik
(kognitif dan afektif) Kemampuan siswa dalam mengeksplorasi pengetahuan dan pemahaman konsep pada penulisan laporan observasi (kognitif dan afektif) Kemampuan siswa dalam presentasi
(kognitif,afektif dan psikomotor) Kemampuan siswadalam berdiskusi menjawab pertanyaan
(kognitif) Kemampuan menganalisis masalah interaksi komponen ekosistem biotik dan abiotik (kognitif dan afektif)
Kemampuan mencari solusi masalah dan menuliskan dalam tugas paper
(kogniti,afektif,psikomor)
Adi
Ani
Budi
Bunga
Cecep
Cucu
Dewa
Dewi
Enda
Fian
Fany
Gading
Gilang
Ima
Intan
Kegiatan Akhirv
a) Guru memberikan kesempatan siswa untuk bertanya dan memberikan penjelasan kepada siswa apabila ada miskonsepsi
b) Guru menyimpulkan materi pelelajaran
c) Guru mengucapkan salam penutup
E. Kelebihan dan Kekurangan Siklus Belajar (Learning
Cycle)
Ditinjau dari dimensi peserta didik, penerapan
strategi ini memberi keuntungan sebagai berikut :
Meningkatkan motivasi belajar karena peserta didik
dilibatkan secara aktif dalam proses pembelajaran.
Membantu mengembangkan sikap ilmiah peserta didik.
Pembelajaran menjadi lebih bermakna.
Adapun kekurangan penerapan strategi ini yang harus
selalu diantisipasi diperkirakan sebagai berikut (Soebagio, 2000).
Efektifitas pembelajaran rendah jika guru kurang
menguasai materi dan langkah-langkah pembelajaran.
Menurut kesungguhan dan kreativitas guru dalam
merancang dan melaksanakan proses pembelajaran.
Memerlukan pengelolaan kelas yang lebih terencana
dan terorganisasi.
Memerlukan waktu dan tenaga yang lebih banyak dalam
menyusun rencana dan melaksanakan pembelajaran.
F. Cara Mengupayakan Lingkungan Belajar Agar Siklus
Belajar Berjalan Optimal
Agar tujuan pembelajaran tercapai, kegiatan-kegiatan
dalam setiap fase-fase harus dirangkai dengan baik. Kompetensi yang bersifat
psikomotorik dan afektif misalnya akan lebih efektif bila dikuasai melalui
kegiatan semacam praktikum, lingkungan belajar yang perlu diupayakan agar
siklus belajar berlangsung konstruktivistik menurut Hadojo (2001) adalah :
Tersedianya berbagai alternatif pengalaman belajar
jika memungkinkan.
Terjadinya transmisi sosial, yakni interaksi dan kerja
sama individu dengan lingkungan.
Tersedianya media pembelajaran.
Kaitan konsep yang dipelajari dengan fenomena
sedemikian rupa sehingga siswa terlibat secara emosional dan sosial yang
menjadikan pembelajaran berlangsung menarik dan menyenangkan.
Kesimpulan
Siklus belajar merupakan salah satu metode
perencanaan yang telah diakui dalam pendidikan IPA. . Metode ini merupakan
metode yang mudah untuk digunakan oleh guru dan dapat memberikan kesempatan
untuk mengembangkan kreativitas belajar IPA pada setiap siswa . Salah satu
model belajar mengajar yang menerapkan konstruktivisme adalah penggunaan model
siklus belajar atau sering disebut Learning Cycle.
Siklus belajar (learning cycle) adalah suatu model
pembelajaran yang berpusat pada peserta didik (student centered. Model
ini dilandasi oleh pandangan kontruktivisme dari Piaget yang berangapan bahwa
dalam belajar pengetahuan itu dibangun sendiri oleh anak dalam struktur
kognitif melalui interaksi dengan lingkungannya. . Siklus belajar pada mulanya terdiri dari fase-fase eksplorasi (exploration),
pengenalan konsep (concept introduction) dan aplikasi konsep (concept
application). Lawson (1995) mengemukakan tiga tipe learning cycle yaitu: 1. Deskriptif, 2. Empiris-induksi, dan3. Hipotesis deduktif. Dalam pembelajaran model siklus belajar (learning cycle) terdapat
3 fase penting yaitu fase eksplorasi, pengenalan konsep, dan penerapan
konsep.
Tiga fase dalam model learning cycle saat ini telah
dikembangkan dan disempurnakan menjadi 5
fase, yaitu sering
dijuluki LC 5E yaitu Engagement, Exploration, Explaination, Elaboration, dan
Evaluation (Lorsbach, 2002).
Kelebihan dan Kekurangan
Siklus Belajar (Learning Cycle)
·
Meningkatkan motivasi belajar karena
·
Membantu mengembangkan sikap ilmiah peserta didik.
·
Pembelajaran menjadi lebih bermakna.
Adapun
kekurangan penerapan strategi ini yang harus selalu diantisipasi.
·
Efektifitas pembelajaran rendah jika guru kurang
menguasai materi dan langkah-langkah pembelajaran.
·
Menurut kesungguhan dan kreativitas
guru.
·
Memerlukan pengelolaan kelas yang lebih terencana
dan terorganisasi.
·
Memerlukan waktu dan tenaga yang
lebih.
contoh RPP'y donk bu
BalasHapusmaaf buk,,
BalasHapusapakah iobu puya buku tentang strategi learning cycle??
saya lagi cari bukunya bu...
maksih...
Sip. Sangat membantu. Mungkin dapat pula di baca Contoh proposal PTK Model Pembelajaran 5E
BalasHapusSalam.
Terima kasih sudah berbagi ilmu kak,,,
BalasHapusVinyl Lantai Harga Murah
Toko Lantai Vinyl
Jual Lantai Vinyl
Distributor Lantai Vinyl
Vinyl Lantai Rumah Sakit
Wallpaper Dinding 3D
Artikelnya menambah ilmu,terimakasih telah di share ilmunya,
BalasHapusVinyl Anti Bakteri
Vinyl Rumah Sakit
LG Medistep Allroad
Jual Step Nosing
Vinyl LG Bright
Vinyl Lantai Olahraga
Amazing guys..
BalasHapusVinyl Rumah Sakit
Karpet Lantai
Wallpaper Custom 3D