Cokelat adalah sebutan untuk makanan yang diolah
dari biji kakao.Cokelat umumnya diberikan sebagai hadiah atau bingkisan
di hari raya. Dengan bentuk, corak, dan rasa yang unik, cokelat sering
digunakan sebagai ungkapan terima kasih, simpati, atau perhatian. Bahkan
sebagai pernyataan cinta. Cokelat juga telah menjadi salah satu rasa yang paling
populer Indonesia dan di dunia. Selain sebagai cokelat batangan yang paling
umum dikonsumsi, cokelat juga menjadi bahan minuman hangat dan dingin.
Sejarah Cokelat
Cokelat
dihasilkan dari kakao (Theobroma cacao) yang diperkirakan mula-mula tumbuh di
daerah Amazon utara sampai ke Amerika Tengah. Mungkin
sampai ke Chiapas, bagian paling selatan Meksiko. Orang-orang Olmec memanfaatkan pohon dan, mungkin
juga, membuat “cokelat” di sepanjang pantai teluk di selatan Meksiko.
Dokumentasi paling awal tentang cokelat ditemukan pada penggunaannya di sebuah
situs pengolahan cokelat di Puerto Escondido, Honduras sekitar 1100 -1400 tahun SM . Residu yang
diperoleh dari tangki-tangki pengolahan ini mengindikasikan bahwa awalnya
penggunaan kakao tidak diperuntukkan untuk membuat minuman saja, namun selput
putih yang terdapat pada biji kokoa lebih condong digunakan sebagai sumber gula
untuk minuman beralkohol.
Residu cokelat yang ditemukan pada tembikar yang
digunakan oleh suku Maya kuno di Río Azul, Guatemala Utara, menunjukkan bahwa Suku Mayameminum cokelat di sekitar tahun 400 SM. Peradaban pertama
yang mendiami daerah Meso-Amerika itu mengenal pohon “kakawa” yang buahnya
dikonsumsi sebagai minuman xocolātl yang berarti minuman pahit.
Menurut mereka, minuman ini perlu dikonsumsi setiap hari, entah untuk alasan
apa. Namun, tampaknya cokelat juga menjadi simbol kemakmuran. Cara menyajikannya
pun tak sembarangan. Dengan memegang wadah cairan ini setinggi dada dan
menuangkan ke wadah lain di tanah, penyaji yang ahli dapat membuat busa tebal,
bagian yang membuat minuman itu begitu bernilai. Busa ini sebenarnya dihasilkan
oleh lemak kokoa (cocoa butter) namun
terkadang ditambahkan juga busa tambahan. Orang Meso-Amerika tampaknya memiliki
kebiasaan penting minum dan makan bubur yang mengandung cokelat. Biji dari pohon
kakao ini sendiri sangat pahit dan harus difermentasi agar rasanya dapat
diperolah. Setelah dipanggang dan dibubukkan hasilnya adalah cokelat atau
kokoa. Diperkirakan kebiasaan minum cokelat suku Maya dimulai sekitar
tahun 450 SM - 500 SM. Konon,
konsumsi cokelat dianggap sebagai simbol status penting pada masa itu. Suku
Maya mengonsumsi cokelat dalam bentuk cairan berbuih ditaburi lada merah, vanila, atau rempah-rempah lain. Minuman Xocoatl
juga dipercaya sebagai pencegah lelah, sebuah kepercayaan yang mungkin
disebabkan dari kandungan theobromin didalamnya.
Ketika peradaban Maya klasik runtuh (sekitar tahun 900) dan digantikan
oleh bangsa Toltec, biji kokoa menjadi
komoditas utama Meso-Amerika. Pada masa Kerajaan Aztec berkuasa (sampai sekitar tahun 1500 SM) daerah yang
meliputi Kota Meksiko saat ini dikenal sebagai daerah Meso-Amerika yang
paling kaya akan biji kokoa. Bagi suku Aztec biji kokoa merupakan “makanan
para dewa” (theobroma, dari bahasa Yunani). Biasanya biji kokoa
digunakan dalam upacara-upacara keagamaan dan sebagai hadiah.
Cokelat juga menjadi barang mewah pada masa
Kolombia-Meso Amerika, dalam kebudayaan mereka yaitu suku Maya, Toltec, dan Aztec biji kakao (cacao bean) sering digunakan sebagai
mata uang. Sebagai contoh suku Indian Aztec menggunakan sistem perhitungan dimana satu ayam turki seharga
seratus biji kokoa dan satu buah alpukat seharga tiga biji kokoa. Sementara
tahun 1544 M, delegasi
Maya Kekchi dari Guatemala yang mengunjungi istana Spanyol membawa hadiah, di antaranya minuman cokelat.
Di awal abad ke-17, cokelat menjadi minuman penyegar
yang digemari di istana Spanyol. Sepanjang abad itu, cokelat menyebar di antara kaum
elitEropa, kemudian lewat proses yang demokratis harganya menjadi cukup
murah, dan pada akhir abad itu menjadi minuman yang dinikmati oleh kelaspedagang. Kira-kira 100 tahun setelah kedatangannya di Eropa,
begitu terkenalnya cokelat di London, sampai didirikan “rumah cokelat” untuk
menyimpan persediaan cokelat, dimulai di rumah-rumah kopi. Rumah cokelat pertama dibuka pada 1657.
Di tahun 1689 seorang dokter dan kolektor bernama Hans
Sloane, mengembangkan sejenis minuman susu cokelat di Jamaika dan awalnya diminum oleh suku apothekari, namun
minuman ini kemudian dijual oleh Cadbury bersaudara . Semua cokelat Eropa awalnya
dikonsumsi sebagai minuman. Baru pada 1847 ditemukan cokelat padat. Orang Eropa membuang hampir semua rempah-rempah yang
ditambahkan oleh orang Meso-Amerika, tetapi sering mempertahankan vanila. Juga mengganti banyak bumbu sehingga sesuai dengan
selera mereka sendiri mulai dari resep khusus yang memerlukan ambergris, zat warna
keunguan berlilin yang diambil dari dalam usus ikan paus, hingga bahan lebih
umum seperti kayu manis atau cengkeh. Namun, yang paling sering ditambahkan adalah gula. Sebaliknya, cokelat Meso-Amerika tampaknya tidak dibuat
manis.
Cokelat Eropa awalnya diramu dengan cara yang sama
dengan yang digunakan suku Maya dan Aztec. Bahkan sampai sekarang, cara Meso-Amerika kuno masih
dipertahankan, tetapi di dalam mesin industri. Biji kokoa masih sedikit difermentasikan,
dikeringkan, dipanggang, dan digiling. Namun, serangkaian teknik lebih rumit
pun dimainkan. Bubuk cokelat diemulsikandengan karbonasi kalium atau natrium agar lebih mudah bercampur dengan air (dutched,
metode emulsifikasi yang ditemukan orang Belanda), lemaknya dikurangi dengan membuang banyak lemak
kokoa (defatted), digiling sebagai cairan dalam gentong khusus (conched),
atau dicampur dengan susu sehingga menjadi cokelat susu (milk chocolate).
Cita Rasa dan Aroma cokelat
Cita Rasa dan aroma cokelat masih sulit didefinisikan.
Dalam bukunya Kaisar Cokelat (Emperors of
Chocolate), Joel Glenn
Brenner menggambarkan riset terkini tentang rasanya. Menurutnya
rasa cokelat tercipta dari campuran 1.200 macam zat, tanpa satu rasa yang
jelas-jelas dominan. Sebagian dari zat itu rasanya sangat tidak enak kalau
berdiri sendiri. Karenanya, sampai kini belum ada rasa cokelat tiruan.
Efek psikologis yang terjadi saat menikmati cokelat
dikarenakan titik leleh lemak kokoa ini terletak
sedikit di bawah suhu normal tubuh manusia. Sebagai ilustrasi, bila anda
memakan sepotong cokelat, lemak dari cokelat tersebut akan lumer di dalam
mulut. Lumernya lemak kokoa menimbulkan rasa lembut yang khas dimulut, riset
terakhir dari BBC mengindikasikan bahwa lelehnya cokelat
didalam mulut meningkatkan aktivitas otak dan debaran jantung yang lebih kuat
daripada aktivitas yang dihasilkan dari ciuman mulut ke mulut, dan juga akan
terasa empat kali lebih lama bahkan setelah aktivitas ini berhenti. Pemalsuan
rasa cokelat sering terjadi karena kokoa adalah bahan yang relatif mahal
dibandingkan dengan gula atau minyak nabati. Kedua bahan ini sering
digunakan untuk menggantikan kokoa.
Lemak kokoa sering digantikan minyak yang lebih murah,
seperti lesitin dari kedelai atau minyak palem.
Selain soal harga, dengan kedua bahan ini pelapisan cokelat menjadi lebih
mudah. Perbandingan kokoa padat (komponen nonlemak pada biji yang digiling)
juga cenderung rendah. Dalam cokelat batangan, misalnya, sekitar 20% gula-gula
itu diisi cokelat. Cokelat premium, di sisi lain, biasanya mengandung sekitar
50 – 70% cokelat padat. Karena mengandung lebih sedikit gula dan mungkin juga
sedikit minyak nabati, cokelat pekat ini mengandung lebih sedikit kalori dari
produk cokelat pada umumnya. Pantaslah bila para pencinta cokelat sering
“protes” gara-gara cokelat disalahkan untuk masalah yang sebenarnya disebabkan
oleh konsumsi gula berlebihan.
Kandungan cokelat
Cokelat mengandung alkaloid-alkaloid seperti [[teobromin]], fenetilamina,
dan anandamida,
yang memiliki efek fisiologis untuk tubuh. Kandungan-kandungan ini banyak
dihubungkan dengan tingkat serotonin dalam otak. Menurut ilmuwan cokelat yang
dimakan dalam jumlah normal secara teratur dapat menurunkan tekanan darah .
Cokelat hitam akhir-akhir ini banyak mendapatkan promosi karena menguntungkan
kesehatan bila dikonsumsi dalam jumlah sedang, termasuk kandungan anti oksidannya yang
dapat mengurangi pembentukanradikal bebas dalam tubuh.
Racun bagi hewan tertentu
Adanya kandungan teobromin dalam
cokelat bisa menjadi racun untuk sebagian hewan bila dikonsumsi. Hewan-hewan
yang bereaksi keracunan pada kandungan teobromin diantaranya adalah kuda, anjing, burung kakak tua, tikus-tikus jenis kecil dan kucing (khususnya anak kucing), ini dikarenakan
metabolisme tubuh mereka tidak dapat mencerna kandungan kimia ini secara
efektif. Bila mereka diberi makan cokelat maka kandungan teobromin akan tetap
berada dalam aliran darah mereka hingga 20 jam, akibatnya hewan-hewan ini
mungkin mengalami epilepsi dan kejang-kejang, serangan jantung, pendarahan
internal, dan pada akhirnya menyebabkan kematian. Penanggulangannya adalah
dengan merangsang hewan-hewan ini agar memuntahkan cokelat dan secepat mungkin
membawa mereka ke dokter hewan.
Manfaat Coklat
Para ahli patologi menemukan banyak manfaat yang bisa
diambil dari cokelat. Cokelat terbuat dari biji kakao yang kaya akan senyawa
bernama flavonoid yang juga terdapat pada daun teh. Sampai saat ini, lebih dari
4000 macam flavonoid yang telah diidentifikasikan. Tumbuh-tumbuhan mensintesis
senyawa yang dapat larut dalam air ini dari asam amino phenylalanine dan
asetat. Flavonoid berperan sebagai antioksidan, menetralkan efek-efek buruk
dari radikal bebas yang dapat menghancurkan sel-sel dan jaringan-jaringan
tubuh. Satu setengah ons batang cokelat hitam memiliki sekira 800 miligram
antioksidan, setara dengan secangkir teh hitam. Temuan baru menunjukkan bahwa
flavonoid dan senyawa-senyawa tersebut penting bagi kesehatan. Selain
flavonoid, cokelat mengandung theobromine, senyawa alkaloid bersifat stimultan
ringan yang dapat menstimulasi sel saraf sehingga menimbulkan perasaan
bersemangat dan segar. Selain sebagai stimultan, theobromine dipercaya memiliki
mood elevating effects.
Senyawa ini mendorong tubuh mengeluarkan senyawa lain
yang dapat menimbulkan perasaan nyaman dan secara ringan mengurangi stres.
Banyak orang, terutama wanita, mengonsumsi cokelat untuk tujuan ini. Setelah
mengonsumsi cukup banyak cokelat, mereka akan merasa lebih tenang .
Penelitian dark Chocolate
Sebuah laporan di JAMA 2007;298:49-60, menyatakan bahwa konsumsi coklat secara rutin
dapat menurunkan tekanan darah buat mereka yang memiliki tekanan darah
tinggi. Tapi jangan salah…. Coklat yang dimaksud adalah dark
chocolate, bukanmilk chocolate atau white
chocolate. Dalam penelitian ini, Taubert dan timnya menggunakan subyek
penelitian 6 pria dan 7 wanita dengan kisaran usia 55-64 tahun. Semuanya
didiagnosa dengan hipertensi ringan, dengan tekanan darah sistolik rata-rata
153, dan diastolik 84. Setiap hari selama 2 minggu, mereka makan 100 gram
coklat, dan diminta menyeimbangkan kalori mencapai 480 kalori dengan tidak
memakan makanan lain yang mengandung nutiren atau kalori yang sama. Separuh
pasien menggunakan dark chocolate, dan separuhnya lagi
mengkonsumsi dark chocolate. Mereka yang mengkonsumsi dark
chocolate mengalami penurunan tekanan darah sampai 5mmHg sistolik
dan 2 mmHg diastolik. Sedangkan mereka yang makanwhite
chocolate tidak mengalami penurunan tekanan darah.
Ada apa di dalam dark chocolate?
Dark chocolate — bukan white atau milk
chocolate , atau dark chocolate dimakan bersama susu
—– merupakan antioksidan yang poten. Demikian dilaporkan oleh Mauro Serafini di
Jurnal Nature 424, 1013 (28 August 2003). Antioksidan adalah senyawa
yang akan menangkap radikal bebas, suatu molekul perusak yang banyak terlibat
dalam berbagai gangguan tubuh. Di dalam dark chocolate terdapat beberapa
flavonoids, terutama adalahepicathecin, yang memiliki efek antioksidan
dan antitrombotik (anti penggumpalan darah). Dalam penelitiannya, Serafini
dan timnya menggunakan subyek penelitian 7 wanita sehat dan 5 pria sehat
dengan kisaran usia 25-35. Pada hari-hari yang berbeda yang sudah
ditentukan, mereka diminta mengkonsumsi 100 gram dark chocolate, 100 gram dark
chocolate dengan segelas susu, dan 200 gram milk chocolate. Satu jam kemudian
dari masing-masing konsumsi cokelat, sampel darah mereka dan diukur kadar
epicathecin di dalam darahnya.
Ternyata konsumsi dark chocolate menghasilkan
kadar antioksidan tertinggi dalam darah, diikuti dengan dark chocolate +
susu, dan yang terendah adalahmilk chocolate. Yang menarik, ternyata
nampaknya susu mengganggu penyerapan antioksidan dalam tubuh. Dan adanya susu
juga akan mengurangi potensi manfaat cokelat bagi kesehatan, dalam hal ini
khususnya untuk gangguan kardiovaskuler.
Beragam kontroversi
Dengan kemampuannya menyembuhkan dan mencegah beragam
penyakit, layaklah cokelat hitam dijadikan bahan untuk terapi? “Sampai saat ini
belum ada rekomendasi cokelat hitam untuk terapi penyakit tertentu.
Konsumsi dalam jumlah tertentu setiap hari memang baik dan dianjurkan untuk
mendapatkan manfaat antioksidan dan zat gizi lain yang terkandungnya, tapi
harus diingat, konsumsi berlebihan dapat meningkatkan berat badan. Beragam
kontroversi memang masih mewarnai manfaat nyata cokelat hitam. Di satu
sisi, tak ada yang menyangkal khasiatnya, terlebih setelah khasiat itu didukung
beragam penelitian dan bukti-bukti ilmiah. Namun di sisi lain, masih banyak
“sisi hitam” cokelat hitam yang belum terpecahkan. John Erdman, ahli gizi
dari Universitas Illonois, AS mengakui, memang masih banyak orang menanggapi
dengan skeptis berbaga penelitian tentang cokelat. Itu sebabnya, tambah
John Erdman, kemungkinan dokter menganjurkan pasiennya untuk mengonsumsi lebih
banyak cokelat hitam, setidaknya untuk saat ini, masih sangat kecil.
“Kalau ditilik lebih dalam, cokelat hitam masih mengandung terlalu banyak lemak
dan gula untuk dapat direkomendasikan masuk resep dokter” ujar Erdman.
“Kita memang harus sangat berhati-hati. Kalau tidak, bisa datang
penyesalan di kemudian hari.” sambung dr. Franz Messerli dari Ochsner Clinic
Foundation, New Orleans.
Begitu pun soal khasiat cokelat hitam dalam menurunkan
tekanan darah, yang didukung hasil riset para peneliti Jerman setahun
lalu. Pasalnya, makan cokelat hitam, menurut Luciana, justru sebaliknya
berpotensi menaikan tekanan darah. Apalagi jika diasup secara berlebihan.
Hal itu disebabkan kandungan kafein yang ada di dalam cokelat hitam.
Untuk mendapat manfaatnya terhadap kesehatan jantung dan pembuluh darah,
misalnya, disarankan mengonsumsi si manis itu saban hari. Cokelat hitam
juga menjadi asupan alternative guna melengkapi kebutuhan tubuh akan
antioksidan dan zat gizi. Berapa banyak konsumsi yang disarankan maksimal
50 g sehari.
Kontroversi bahwa tentang anggapan mengonsumsi cokelat
hitam dapat mengurangi berat badan masih terus mengemuka. Banyak orang
percaya, makan sebatang cokelat hitam sebelum makan dapat membantu program diet
yang tengah mereka jalani. Asumsi mereka, dengan makan cokelat, selera
makan bakal kurang. Jika selera makan berkurang, bobot badan pun ikut
merosot.
Cokelat hitam dibuat tidak mungkin hanya mengandalkan
bubuk biji cokelat hitam semata. Ia harus ditambahi gula, susu dan
bahan-bahan lainnya, agar rasa cokelat menajdi lebih enak. Kandungan
seperti itu dapat meningkatkan kalori, terlebih bila dikonsumsi dalam jumlah
banyak.” pada akhirnya, asupan yang meningkatkan kalori itu justru menaikan berat
badan.
Selain itu, kandungan lemak tinggi pada cokelat hitam
juga dapat meningkatkan kadar lemak darah trigliserida. Alhasil, kadar
kolesterol ikut meningkat. Meski pun cokelat pada dasarnya tidak
mengandung kolesterol, tapi bahan tambahan untuk membuat cokelat hitam bisa
jadi mengandung kolesterol. Apalagi tubuh juga membentuk kolesterol
sendiri. Bila asupan kalori dan lemak tinggi, tubuh meningkatkan sintesis
kolesterol, kadar kolesterol dalam darah bisa meningkat.
Berikut beberapa jenis cokelat dan manfaatnya:
- Couverture
- Couverture adalah jenis cokelat terbaik. Cokelat ini murni dengan
persentase lemak kakaonya yang tinggi, sehingga menghasilkan flavor yang
sangat baik. Biasanya digunakan untuk pembuatan produk cokelat buatan
tangan. Sebelum digunakan, cokelat jenis ini melalui proses temper
(dilelehkan) terlebih dahulu.
- Cokelat tawar
- Cokelat jenis ini baik digunakan untuk kue, cake, dan aneka makanan
ringan lainnya. Persentase massa kakao bervariasi, antara 30-70 persen.
Semakin tinggi konsentrasi massa kakao, semakin baik flavor-nya.
- Cokelat susu
- Jenis cokelat yang satu ini merupakan campuran gula, kakao, cokelat
cair, susu, dan vanila. Cokelat jenis ini paling banyak dikonsumsi. Massa
kakaonya cukup rendah, hanya 20 persen dan rasanya lebih manis
dibandingkan cokelat tawar. Cokelat satu ini pasti disukai anak-anak
karena bisa langsung disantap dengan rasa yang manis. Kandungan susunya
membuat rasa menjadi lebih lembut. Jika Anda hendak membuat kue, cokelat
jenis ini bukanlah pilihan yang baik. Selain kandungan cokelatnya relatif
sedikit, cokelat ini mudah hangus bila dilelehkan.
- Cokelat putih
- Cokelat yang umumnya berwarna putih ini tidak mengandung massa kakao
yang tinggi. Selain dikonsumsi langsung, cokelat putih kerap digunakan
untuk dekorasi. Cokelat ini terbuat dari lemak cokelat, gula, dan vanili
yang tidak mengandung cokelat padat. Karena mudah hangus, ada baiknya
dimasak secara hati-hati.
- Kakao
- Produk cokelat satu ini terbuat dari massa kakao setelah lemak
kakaonya dipisahkan. Produk ini sangat mudah diolah dan ekonomis. Bisa
didapati di warung-warung sekitar tempat tinggal Anda.
- Cokelat cair
- Cokelat cair merupakan produk minuman yang mengandung massa kakao dan
mengandung kadar gula tinggi. Kadar gulanya, disebut-sebut sebagai biang
keladi meningkatnya berat badan
Bahaya Coklat
Riset dan penelitian banyak yang membuktikan bahwa
coklat memiliki khasiat untuk kesehatan. Zat bio-aktifnya berupa anti oksidan
memang diyakini bermanfaat dari sisi medis, dan secara psikologis mengkonsumsi
coklat pun dapat menimbulkan rasa nyaman. Meskipun begitu jangan sampai
terperdaya dengan khasiat dari makanan manis nan lezat ini. Ada baiknya
mempertimbangkan lagi atau pun lebih bijaksana memilih produk coklat, karena
bukan mustahil Anda justru akan mendapat kerugiannya ketimbang manfaat yang
diharapkan dari makanan ini. Coklat sebagai kudapan muncul setelah sebuah jurnal
kesehatan ternama dalam edisi terbarunya menyatakan bahwa khasiat coklat kini
sudah banyak “disalahgunakan”. Untuk itu perlu dipertimbangkan lagi.
Pada jurnal Lancet yang melaporkan bahwa banyak
produsen coklat kini justru menghilangkan kandungan flavanols karena rasanya
yang pahit. Walhasil, banyak produk coklat yang beredar di pasaran saat ini
hanya didominasi lemak dan gula saja. Padahal kedua zat ini justru merupakan
musuh bagi jantung dan pembuluh darah.
Banyak riset yang menyatakan bahwa mengkonsumsi coklat
dapat mengurangi risiko penyakit jantung, menurunkan tekanan darah dan
menghilangkan capek. Tetapi menurut artikel yang ditulis dalam jurnal Lancet,
coklat justru bisa memperdaya. Ketika perusahaan coklat membuat gula-gula,
bahan coklat alami padat yang membuat warna menjadi lebih hitam serta flavanols
yang rasanya pahit, justru dihilangkan. Oleh karena itulah, coklat yang terlihat
hitam pun bisa jadi tidak mengandung flavanol. Konsumen juga selalu dibuat buta
dengan kandungan flavanol dalam coklat sebab produsen jarang memberi keterangan
mengenai informasi ini dalam produknya,” tulis Lancet. Jurnal tersebut juga
menekankan bahwa meskipun flavanols terkandung dalam sebuah produk coklat, para
pecinta coklat harus tetap mewaspadai zat atau kandungan lainnya. “Setan dalam
coklat hitam adalah lemak, gula dan juga kalori yang terkandung di dalamnya.
Untuk mendapatkan khasiatnya buat kesehatan, untuk yang suka makan coklat hitam
dalam jumlah sedang harus menyeimbangkannya dengan mengurangi asupan makanan
lainnya. Ini pekerjaan yang tak mudah bahkan untuk yang rajin menjaga asupan
kalori sekalipun,” ungkap Lancet.
Pada penderita alergi dan intoleransi makanan coklat
adalah menjadi musuh utama. Penderita alergi makanan karena coklat biasanya
dengan gejala sering sakit perut, kulit sensitif, jerawat, sakilt kepala,
migrain, asma, batuk berkepanjangan, sulit BAB (konstipasi), dan gangguan konsentrasi
harus hati-hati dalam mengkonsumsi coklat. Demikian pula pada gangguan perilaku
seperti Autism dan ADHD dan gangguan belajar sebaiknya cokelat harus menjadi
perhatian utama untuk dihindari. Mungkin saja pada dark Chocolate beberapa
penderita alergi atau intoleransi dapat menerima, tetapi bentuk cokelat lainnya
seringkali menimbulkan keluhan berkepanjangan. hal ini terjadi karena dalam
pengolahan coklat juga disertai berbagai zat dan bahan tambahan lainnya untuk
membuat rasa pahitnya. Kadangkala justru zat tambahan inilah yang mengakibatkan
reaksi alergi atau intoleransi pada penderita alergi.
“Semoga bermanfaat, apalagi bagi yang doyan
coklat seperti saya..hehe J”